‘Tsunami’ Kebangkrutan Mengintai, Maspakai Ini Sudah di Ujung Tanduk

FILE PHOTO: FILE PHOTO: A Spirit Airlines commercial airliner flies after taking off from Las Vegas International Airport in Las Vegas, Nevada, U.S., February 8, 2024.  REUTERS/Mike Blake/File Photo/File Photo

Kebangkrutan masih terus mengancam industri penerbangan dunia. Kali ini, bayang-bayang kolaps menyerang maskapai berbiaya murah (LCC) asal Amerika Serikat (AS), Spirit.

Dalam sebuah laporan Wall Street Journal yang juga dituliskan Reuters, maskapai yang identik dengan warna kuningnya itu tengah dalam diskusi dengan para kreditornya untuk mengeksplorasi strategi alternatif demi meningkatkan likuiditas. Sejauh ini, dilaporkan ada kemajuan dari diskusi tersebut

“Negosiasi, dengan mayoritas pemegang obligasi, tetap produktif, maju secara material, dan akan dilanjutkan dalam waktu dekat. Jika kesepakatan gagal, hal itu akan menyebabkan pembatalan ekuitas yang ada dan akan mempertimbangkan semua alternatif,” tulis pernyataan maskapai itu, Selasa (12/11/2024).

Perusahaan mengatakan margin operasinya yang disesuaikan pada kuartal ketiga akan turun 12% dari tahun lalu. Sebelumnya pada hari itu, Wall Street Journal melaporkan bahwa perusahaan sedang bersiap untuk mengajukan perlindungan kebangkrutan setelah pembicaraan merger dengan Frontier Airlines gagal.

Setelah kejadian ini, maskapai yang memiliki 213 armada itu mengalami penurunan nilai saham hingga 39% menjadi US$ 1,8 (Rp 28.000) pada perdagangan Selasa. Saham telah jatuh hampir 80% tahun ini.

Spirit sendiri telah merugi meskipun permintaan perjalanan tinggi. Maskapai yang armadanya seluruhnya Airbus ini gagal melaporkan laba dalam lima dari enam kuartal terakhir, sehingga menimbulkan keraguan tentang kemampuannya untuk mengelola utang yang akan jatuh tempo.

Spirit mengatakan pada bulan Oktober bahwa mereka akan memberhentikan sementara sekitar 330 pilot pada tanggal 31 Januari sebagai bagian dari upayanya untuk memangkas biaya dan memperkuat keuangannya.

Perusahaan ini juga menjual 23 pesawat Airbus lama seharga US$ 519 juta (Rp 8,1 triliun). Hasil penjualan diperkirakan akan menyediakan likuiditas sebesar US$ 225 juta (Rp 3,5 triliun) tahun depan.

Sementara itu, sentimen dunia penerbangan masih terus menunjukan sentimen negatif. Baru-baru ini, Maskapai India Jet Airways secara resmi telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan India.

Di Eropa, maskapai Ceko, Czech Airlines, memutuskan untuk menghentikan operasinya setelah gagal melakukan perbaikan performa pasca Covid-19. Di China, sejumlah maskapai Barat telah menghentikan atau memotong jadwal penerbangan ke negara itu lantaran penutupan ruang udara oleh Rusia, yang menyebabkan penerbangan lebih panjang dan tidak ekonomis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*