Pemerintah membentuk suatu badan baru untuk mengelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan investasi dan bernama Daya Anagata Nusantara (Danantara). Hari ini Danantara mengadakan pertemuan dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM).
Wakil Kepala Danantara Kaharudin Djenod menjelaskan, selama dua pekan ini, pihaknya akan mengadakan pertemuan dengan sejumlah perusahaan pelat merah yang akan bergabung. Pertemuan merupakan merupakan perkenalan satu sama lain.
“Jadi, ini adalah pertemuan untuk perkenalan semuanya. Sementara Danantara melakukan persiapan-persiapan formalitas, kemudian kita ingin juga mengenal lebih lanjut dengan BUMN-BUMN yang akan bergabung dengan Danantara dan saya pikir BUMN-BUMN yang akan bergabung juga membutuhkan informasi tentang Danantara, seperti apa, kerjasama yang ke depan, dan semuanya,” ujarnya saat ditemui di gedung Sentra Mandiri Jakarta, Selasa (19/11).
Selain itu, Kaharudin menjelaskan ada perbedaan antara Danantara dan pengelola dana abadi (Sovereign Wealth Fund/SWF) RI yakni Indonesia Investment Authority (INA) yang kerap kali menjadi pertanyaan semua pihak karena terkesan memiliki peran dan fungsi yang sama.
“Jadi kalau di Danantara itu akan ada tiga fungsi. Satu, Sovereign Wealth Fund, seperti INA. Satu pilar lagi adalah di Investment, Development Investment. Terus kemudian yang ketiga adalah di Asset Management. Jadi tiga pilar. Sementara INA hanya satu pilar,” jelasnya.
Ia menambahkan, BRI menyambut baik pertemuan kedua belah pihak.
“Sangat positif. Sangat positif setelah mengetahui bahwa kita akan bergerak seperti apa dan kita semuanya, Danantara, BRI, sangat-sangat mendukung visi presiden untuk membangun Indonesia yang kuat,” pungkasnya.
Berdasarkan informasi yang diterima CNBC Indonesia, Danantara akan menaungi setidaknya tujuh BUMN jumbo pada tahap awal, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID.
Bila menggabungkan total aset tujuh BUMN tersebut, maka dana kelolaan Danantara pada tahap awal ini akan mencapai nyaris Rp9.000 triliun.
Selain tujuh BUMN jumbo itu, Danantara juga akan menaungi Indonesia Investment Authority (INA), sovereign wealth fund (SWF) yang sudah lebih dahulu berdiri. INA disebut memiliki aset Rp163 triliun. Dengan demikian total asset under management (AUM) Danantara akan menjadi Rp9.049 triliun atau sekitar US$ 571,6 miliar.
Peresmian BP Danantara awalnya direncanakan pada Kamis 7 November lalu, namun ditunda karena Presiden Prabowo melakukan perjalanan ke beberapa negara dan masih menunggu keputusan selanjutnya.
Embrio Superholding BUMN
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Kepala Danantara Kaharudin juga menjelaskan bahwa Danantara merupakan suatu badan sebelum menjadi superholding yang akan mengelola aset seluruh perusahaan pelat merah.
“Ya, ini badan pengelola investasi Danantara. Ini satu badan untuk melakukan persiapan sehingga nantinya superholding Danantara itu akan terbentuk,” ujarnya saat ditemui di gedung Sentra Mandiri Jakarta, Selasa (19/11).
Hingga saat ini pihaknya belum dapat memberikan penjelasan yang lebih jauh terkait Danantara, khususnya terkait peran dan fungsi spesifik Danantara yang oleh banyak pihak dinilai mirip dengan INA.
“Itu nanti ya, kalau detailnya nanti. Ini jauh lebih INA yang di-expand, INA yang dibesarkan, INA yang dilengkapi. Jauh lebih besar,” ungkapnya.