Perkembangan kecerdasaan buatan atau Artificial Intelligence (AI) terbilang sangat pesat tahun ini. Pemanfaatan AI dalam teknologi potensi memberikan kontribusi ekonomi hingga ribuan triliun rupiah per tahunnya.
Melansir riset Mckinsey yang rilis Juli 2024 menyebutkan aplikasi AI dapat membuka peluang nilai ekonomi global hingga US$ 11 – 18 triliun per tahun atau setara Rp171,6 – 280,8 kuadriliun (Dalam kurs Rp15.600/US$).
Sementara bagi Indonesia, Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo, Mira Tayyiba menyebutkan hasil laporan Kearney pada 2023 yang mencatat pemanfaatkan AI bisa menyumbang US$ US$ 366 miliar bagi PDB. Ini setara dengan Rp5,81 kuadriliun.
“Laporan Kearney tahun 2023 mencatat bahwa pemanfaatan AI diproyeksikan dapat berkontribusi pada PDB Indonesia sebesar US$ 366 miliar (Rp 5.819 triliun) pada tahun 2030,” kata Mira Tayyiba, dalam Forum Ekonomi Digital Kominfo (FEDK) VI, Selasa (31/10/2023).
Dia juga menjelaskan pendapatan nilai ekonomi digital Indonesia terus meningkat. Laporan Google, Temasek, dan Bain&Co tahun lalu menyebutkan nilainya mencapai US$77 miliar (Rp 1.224 triliun) yang meningkat dari US$41 miliar (Rp 652 triliun) tahun 2019 lalu.
Tren penelusuran AI dalam google search dalam beberapa tahun terakhir ini terus meningkat. Data Mckinsey menyebutkan penelusuran gen AI sepanjang 2022 – 2023 melesat 700%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan AI dalam kehidupan sehari-hari manusia semakin meningkat.
Seiring dengan itu, Large Language Model (LLM) dalam AI juga berkembang pesat. Sepanjang tahun lalu, ukuran LLM atau yang sering disebut “context windows” meroket dari 100.000 menjadi 2 juta token.
Sebagai gambaran kasar, LLM bisa mengolah data dari yang setara satu makalah penelitian menjadi bisa memproses 20 novel sekaligus.
Perlu dicatat, dalam AI, LLM sangat berperan penting sebagai sistem yang bisa memproses, memahami, dan menghasilkan teks dengan cara mirip pemahaman manusia.
AI membuka peluang yang sangat luas diterapkan ke semua bidang, sekaligus menjadi key driver yang mendisrupsi pekerjaan.
Mengutip riset Future of Jobs Report 2023 menurut World Economic Forum (WEF) mengindikasikan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi perubahan pekerjaan di masa depan yakni transisi energi hijau, ekonomi, dan adopsi teknologi.
Hasil riset juga menunjukkan batasan pekerjaan yang dilakukan manusia dan mesin telah bergeser. Pada 2022, data menunjukkan tugas yang dikerjakan dengan mesin masih berkisar 34%. Namun, angka tersebut bisa melesat jadi 43% hanya dalam lima tahun mendatang.
Foto: World Economic Forum Job Future Report 2023 by World Economic Forum |
Adopsi penggunaan mesin mempercepat selesai pekerjaan akan terus meningkat di masa depan. Survei dalam riset WEF menunjukkan 75% responden setuju unutk mengimplementasi teknologi AI.
50% dari respon juga setuju bahwa AI bisa menciptakan pertumbuhan lapangan pekerjaan, sementara 25% memperkirakan adanya kehilangan pekerjaan.
Dari hasil survey tersebut menunjukkan bahwa optimisme industri terhadap AI menciptakan lapangan kerja bar sebenarnya lebih tinggi dibandingkan dengan potensi kehilangan pekerjaan.
Pekerjaan yang terkait dengan spesialis AI, sustainability, dan business intelligence masuk dalam tiga besar pekerjaan yang akan tumbuh paling cepat dalam lima tahun ke depan. Sementara yang akan jenis pekerjaan yang akan hilang paling cepat seperti teller bank, layanan pos, kasir.
Selengkapnya lihat pada tabel berikut :
Foto: World Economic Forum Job Future Report 2023, World Economic Forum |
Membahas perkembangan AI lebih lanjut, perusahaan data center, NeutraDC, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sedang bersiap untuk kembali menyelenggarakan gelaran konferensi internasional, NeutraDC Summit 2024, yang akan diadakan di Bali, 26 Agustus 2024 mendatang.
NeutraDC Summit tahun ini akan mengambil tema “The Other Side of AI” yang menyoroti tantangan dan peluang yang muncul dari penerapan AI di berbagai sektor.
Director of Group Business Development Telkom Indonesia, Honesti Basyir, menyampaikan pentingnya acara ini sebagai bukti komitmen Telkom Group dalam mendorong transformasi digital yang berkelanjutan.
“NeutraDC Summit 2024 akan membahas peran penting pusat data dalam mendukung perkembangan AI yang semakin pesat. AI tidak hanya mengubah cara kita bekerja, tetapi juga membuka peluang baru di berbagai sektor. Infrastruktur digital menjadi fondasi utama untuk mewujudkan potensi tersebut,” ungkap Honesti