Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) mengeluarkan riset terbaru mengenai kondisi kelas menengah di Indonesia saat ini. Dari riset itu, terungkap bahwa populasi kelas menengah yang paling padat justru bukan berada di Pulau Jawa.
Peneliti LPEM UI Teuku Riefky mengatakan proporsi kelas menengah tertinggi ada di Sulawesi, dengan persentase 22,2%. Sementara itu, proporsi kelas menengah terendah ada di Sumatera dengan persentase 13,8%.
“Untuk kelas menengah, Sulawesi memiliki proporsi tertinggi sebesar 22,2%, sementara Sumatera memiliki proporsi terendah sebesar 13,8%,” kata dia dalam hasil riset LPEM UI, dikutip Jumat, (9/8/2024).
Adapun untuk kelompok calon kelas menengah atau aspire middle class (AMC), LPEM mencatat kepadatan paling tinggi ada di Kalimantan. Proporsi penduduk calon kelas menengah di pulau itu mencapai 60%. Sedangkan, Bali dan Nusa Tenggara memiliki proporsi calon kelas menengah terkecil, yaitu 48%.
Perlu diketahui, proporsi yang dimaksud adalah perbandingan antara jumlah kelas menengah dibandingkan total populasi di pulau tersebut. Semakin tinggi angka proporsi kelas menengah di suatu pulau, berarti semakin padat kelompok kelas menengahnya.
Meski kepadatan kelas menengah paling banyak di Sulawesi, LPEM mencatat pulau yang memiliki jumlah populasi kelas menengah maupun calon kelas menengah paling banyak adalah Jawa dan Sumatera.
Secara nasional, ada 54,6% calon kelas menengah
yang tinggal di Jawa dan 24,3% lainnya tinggal di Sumatera. Sementara untuk kelas menengah, 62,1% kelompok ini tinggal di Jawa dan 16,2% di Sumatera, serta sisanya 21,7% tersebar di kawasan lainnya.
“Meskipun terdapat variasi ini, Jawa dan Sumatra memiliki populasi calon kelas menengah dan kelas menengah terbesar sebagai akibat dari total penduduk mereka yang lebih besar,” kata Riefky.
Dalam laporannya, LPEM mengadopsi definisi kelas menengah dari Bank Dunia. Bank Dunia mendefinisikan kelas menengah sebagai individu yang menikmati keamanan ekonomi, bebas dari kekhawatiran akan kemiskinan dan mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi yang bersifat diskresioner. Kelas menengah terdiri dari mereka yang memiliki peluang kurang dari 10% untuk menjadi miskin atau rentan di masa depan berdasarkan konsumsi mereka saat ini.
LPEM memperkirakan pada 2023, jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 18,8% dari populasi. Artinya ada sekitar 52 juta jiwa kelas menengah di Indonesia saat ini. Sedangkan proporsi calon kelas menengah diperkirakan mencapai 53,4% atau setara dengan 144 juta jiwa.
Kondisi kelas menengah belakangan ini mendapatkan sorotan lantaran jumlahnya diperkirakan terus merosot. LPEM mencatat pada 2018, proporsi kelas menengah Indonesia dari populasi mencapai 23%. Namun, setelah itu proporsinya terjun ke angka 18,8%.
Sebagian besar kelas menengah itu diperkirakan turun ke kelas ekonomi di bawahnya, yaitu calon kelas menengah dan kelas rentan. Sulitnya memperoleh pekerjaan yang layak dan meningkatnya harga barang konsumsi diperkirakan menjadi penyebab banyak kelas menengah di Indonesia yang terjun ke kondisi hampir miskin.