Dirut PLN Indonesia Power Buka-bukaan Jurus Tekan Emisi di Pembangkit

Pemaparan Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra dalam acara Energy Corner di studio CNBC Indonesia, Selasa (21/11/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pemaparan Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra dalam acara Energy Corner di studio CNBC Indonesia, Selasa (21/11/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Direktur Utama PT PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra membeberkan upaya perusahaan dalam mengurangi emisi karbon yang bersumber dari pembangkit listrik berbasis batu bara atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Edwin mengatakan, ada berbagai usaha yang dilakukan pihaknya untuk bisa mengurangi sumbangan emisi karbon. Pertama, Edwin menyebutkan, pihaknya akan memanfaatkan teknologi untuk bisa menekan emisi karbon melalui co-firing pada PLTU, yakni mencampur biomassa sebagai pengganti batu bara di PLTU, hingga penerapan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).

“Pembangkit-pembangkit existing kita pakai teknologi bersih, kita lakukan co-firing untuk pembangkit PLTU, kita lakukan pembangkit-pembangkit subcritical menjadi ultra subcritical, lalu ada pembangkit-pembangkit coal yang bisa kita ubah menjadi IGC untuk gas, kemudian ada juga yang nanti kami jelaskan tentang CCUS, bagaimana karbon yang ada di pembangkit-pembangkit PLTU itu bisa ditekan lebih lanjut,” paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI di Jakarta, Kamis (27/2/2025).

Dia menyebut, pembangkit listrik berbasis batu bara saat ini memang masih mendominasi yakni mencapai 62%. Namun, dalam 30-40 tahun mendatang kontribusi pembangkit batu bara diperkirakan akan menurun menjadi 10%. Kemudian, ketika teknologi CCUS sudah masif diterapkan, pembangkit listrik berbasis batu bara masih bisa tetap berjalan dengan kontribusi semakin kecil hingga 5%, pada 2050-2060.

“Pembangkit-pembangkit batu bara, sekarang itu dominasinya tinggi sekitar 62%, kalau kita lihat dalam 30-40 tahun ke depan akan turun dari 62% turun ke 10%, kemudian di tahun 2050-2060 kita pakai CCUS itu menjadi sekitar 5% pembangkit-pembangkit tersebut,” bebernya.

Dia mengatakan, pihaknya akan memulai penggunaan CCUS pada PLTU batu bara milik PLN pada tahun 2040 mendatang.

Kedua, Edwin menyebutkan pihaknya juga melakukan upaya dengan mendorong pemanfaatan pembangkit listrik basis energi baru terbarukan (EBT) yang lebih minim atau bahkan tidak menyumbang emisi karbon.

“Lalu berikutnya adalah mengenalkan pembangkit-pembangkit baru tentunya yang benar-benar renewable energy sumbernya, seperti tenaga surya, hidro, nuklir, dan lain-lainnya,” kata Edwin.

Sumber EBT yang akan didorong oleh pihaknya, lanjut Edwin, ditingkatkan dari baurannya menjadi 42% hingga tahun 2060 mendatang. Pihaknya juga akan mendorong pemanfaatan sumber energi dari gas dan nuklir untuk bisa mengurangi sumbangan emisi karbon di dalam negeri.

“Karena memang seluruh energi Renewable kalau sudah dipakai masih kekurangan energi yang dibutuhkan, yang dapat dilayani sehingga kita harus memperkenalkan pembangkit nuklir. Disini angkanya di Indonesia Power sekitar angka 17% sampai 24% dari bauran yang ada di tahun 2060,” imbuhnya.

Upaya yang dilakukan oleh pihaknya, kata Edwin, tidak lain untuk bisa mendorong tercapainya target netral emisi karbon (NZE) di Indonesia pada tahun 2060. Jika upaya pengurangan emisi karbon oleh PLN itu tidak dilakukan, Edwin bilang pihaknya bisa menyumbangkan emisi karbon lebih dari 1.000 juta ton pada tahun 2060.

“Nah ini komitmen PLN net zero emission Pak, sudah biasa kita dengar bahwa jika PLN tidak melakukan perbaikan di renewable energy maka kita lihat jumlah emisi dari 247 (juta ton) akan naik sampai seribu juta ton pada tahun 2060,” tandasnya.

Slot Dana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*