Dibantu Israel, Dolar Ngamuk & Dekati Rp 15.700: Rupiah Tak Berkutik

Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tersungkur hari ini (7/10/2024). Sentimen negatif khususnya yang datang dari eksternal memberikan tekanan bagi mata uang Garuda.

Dilansir dari Refinitiv, per 11:30 WIB, rupiah tersungkur 1,13% ke angka Rp15.655/US$. Bahkan beberapa menit sejak perdagangan dibuka, rupiah sempat ambruk lebih dalam yakni Rp15.685/US$. Rupiah semakin mendekati level Rp 15.700..

Jika rupiah kembali melemah sampai penutupan, maka rupiah mengalami depresiasi selama enam hari beruntun atau sejak 30 September 2024.

Berbagai faktor telah menyebabkan rupiah jatuh, seperti ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel, stimulus besar dari China, lonjakan indeks dolar AS, dan keluarnya aliran dana asing dari Indonesia.

1. Konflik Timur Tengah Memanas

Awal pekan lalu, Iran menembakkan sekitar 180 rudal ke Israel sebagai pembalasan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, yang keduanya memiliki hubungan dekat dengan Teheran.

Serangan tersebut menewaskan seorang warga Palestina di Tepi Barat, sementara militer Israel mengakui bahwa beberapa proyektil menghantam pangkalan udaranya. Serangan tersebut terjadi setelah apa yang disebut Israel sebagai “operasi darat terbatas” di Lebanon selatan yang menargetkan Hizbullah.

Memanasnya daerah Timur Tengah tampak terus berlanjut setelah Calon Presiden AS Donald Trump memberikan pernyataan tak terduga. Ia menegaskan, Israel harus melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, sebagai balasan serangan rudal yang dilakukan Teheran.

Berbicara di sebuah acara kampanye di North Carolina pada Jumat pekan lalu, Trump, yang dikenal karena sikapnya yang keras terhadap Iran, tidak sependapat dengan Presiden AS Joe Biden, yang sebelumnya menolak untuk mendukung serangan Israel terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Iran.

“Mereka bertanya kepadanya, bagaimana pendapat Anda tentang Iran, apakah Anda akan menyerang Iran? Dan dia menjawab, ‘Selama mereka tidak menyerang nuklir. Itu adalah hal yang ingin Anda serang, bukan? Maksud saya, itu adalah risiko terbesar yang kita miliki, senjata nuklir,” kata Trump mengutip RT, Minggu (6/10/2024).

“Ketika mereka menanyakan pertanyaan itu kepadanya, jawabannya seharusnya adalah, hantam nuklirnya terlebih dahulu, dan pikirkan sisanya nanti,” tambah Trump.

Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Wisnubroto mengatakan salah satu faktor pelemahan rupiah yakni karena ada pengaruh sentimen memanasnya geopolitik di Timur Tengah.

Rully menyampaikan “Sepertinya memang pengaruh global, sentimen risk – off karena eskalasi geopolitik di Middle East.”

2. Indeks Dolar AS (DXY) Melesat

Indeks dolar (DXY) menguat sejak 30 September 2024 hingga 4 Oktober 2024. Sebagai catatan, DXY tercatat berada di angka 100,78 dan pada 4 Oktober 2024 menjadi 102,52 atau menguat 1,73%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan pelemahan rupiah didorong oleh penguatan dolar. Penguatan dolar ini dipicu oleh rilis data tenaga kerja AS.

Data menunjukkan bahwa payroll nonpertanian tumbuh sebanyak 254.000 pekerjaan pada September, jauh melampaui perkiraan kenaikan 150.000 dari ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Tingkat pengangguran turun menjadi 4,1% meskipun diperkirakan tetap stabil di 4,2%.

“Karena data tenaga kerja ini, ekspektasi PDB (AS) kuartal III akan di atas 3%. Data ekonomi di AS sudah membaik signifikan,” kata Ibrahim kepada CNBC Indonesia, Senin (7/10/2024).

Hosianna menilai pelemahan rupiah juga terjadi karena rilis data ekonomi yang menunjukkan perbaikan. Gubernur sentral bank AS (The Fed) Jerome Powell, kata dia, juga mengisyaratkan potensi pemangkasan suku bunga ke depannya tidak sebesar sebelumnya.

“⁠DXY perlahan berbalik menguat karena rilis data ekonomi US yang perlahan berbalik membaik seperti data ADP dan lainnya, serta statement Powell yang menyatakan potensi pemangkasan suku bunga ke depannya tidaklah akan sebesar sebelumnya,” kata Hosianna.

Laporan Tenaga Kerja Nasional ADP mengukur angkatenaga kerjasektor swasta non-pertanian.

3. Efek Stimulus China

Pemotongan rasio cadangan wajib (RRR) oleh China sebesar 50 basis poin baru-baru ini telah meningkatkan likuiditas dan mendorong harapan akan langkah-langkah ekonomi lebih lanjut. Hal ini menarik minat investor portofolio asing (FPI) yang berkontribusi pada keluarnya FPI yang signifikan pada Oktober.

Stimulus China diperkirakan akan menciptakan peluang investasi yang lebih menarik, semakin mengalihkan dana dari pasar negara berkembang. Para investor perlu memantau apakah aliran keluar ini akan berlanjut, karena bisa menyebabkan penurunan lebih lanjut pada indeks domestik, terutama di sektor-sektor di mana porsi investasi asing sangat signifikan.

Selain itu, China juga memberikan stimulus untuk stabilitasi pasar saham di mana bank sentral China memberikan fasilitas swap (pinjaman) kepada investor institusi seperti broker, asuransi, dana pensiun, reksa dana atau aset manajemen sebanyak CNY 500 miliar, ini setara dengan Rp1.308 triliun.

Pinjaman juga disediakan untuk perbankan yang mau menyalurkan ke perusahaan untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham mereka senilai CNY 300 miliar, setara Rp785 triliun.

Stimulus yang begitu besar ini membuat pelaku pasar berbondong-bondong masuk ke pasar China atau dengan kata lain keluar dari pasar keuangan domestik (Indonesia).

Ekonom Indo Premier Sekuritas, Luthfi Ridho mengatakanmain driverpelemahan rupiah kali ini yakni kenaikan harga minyak dan capital outflow ke China.

https://lithuanianjoomla.com/cgi_bin/search/lithuania/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*