
Ekonom yang juga mantan deputi gubernur Bank Indonesia Prof.Dr Miranda Swaray Goeltom mendorong pengembangan pariwisata di Indonesia berbasis budaya karena bisa meningkatkan penghasilan.
“Indonesia kaya akan keragaman budaya dan adat istiadat dan kalau dikembangkan dengan baik maka akan meningkatkan penghasilan masyarakat,” katanya, saat berkunjung ke kawasan Saribu Rumah Gadang (SRG) di Padang Aro, Sabtu.
Menurut dia, sekarang Indonesia masih kalah dari Thailand padahal mereka lebih kecil penduduknya yang hanya 60 juta etnik grupnya juga lebih sedikit.
“Kalau pariwisata berbasis budaya berhasil dikembangkan maka Indonesia akan jauh lebih baik penghasilannya dari negara lain,” katanya.
Dia menyebutkan, kalau daerah lain bisa mencontoh pengembangan wisata budaya seperti di Minangkabau maka akan lebih cepat berkembang.
Di Minangkabau katanya, masyarakatnya, rakyatnya menyambut seperti industri rumahan maupun UMKM nya.
Sebagai contoh katanya, songket yang bagus-bagus termasuk makanannya yang enak tetapi dijual tetap dengan harga murah tidak dinaikkan walaupun yang membeli wisatawan luar daerah.
Selain itu ia mendorong agar segala program dan investasi diarahkan pada pemberdayaan masyarakat adat, sehingga pelestarian budaya menghasilkan manfaat ekonomi nyata bagi warga setempat.
Ada sekitar 80 orang wisatawan bersama Miranda Goeltom didampingi Arsitektur Nasional, Yori Antar ke kawasan SRG selama dua malam.
Wisatawan, pemilik home stay dan masyarakat adat melakukan parade baju adat Minangkabau di kawasan SRG menuju menara Pandang pada Sabtu.
“Kita coba mengidentifikasi tiga prioritas utama yakni, pelatihan pemandu lokal, pembinaan perajin agar produk siap pasar dan penyusunan tata kelola kunjungan yang menghormati nilai-nilai adat,” ujarnya.
Tanpa intervensi yang melibatkan komunitas lokal secara langsung katanya, pariwisata berisiko menjadi komoditas yang menguntungkan pihak luar dan mereduksi fungsi sosial-budaya rumah gadang.
“Kearifan lokal harus menjadi modal pemberdayaan ekonomi, bukan sekadar objek tontonan,” katanya.
Pembina Yayasan Uma Nusantara Yori Antar mengatakan, menjelang 17 Agustus selalu melakukan perjalanan cinta tanah air dengan kegiatan meresmikan rumah adat dan 2025 pihaknya memilih Solok Selatan karena ada rumah gadang bantuan Yayasan Tirto Utomo.
Harapannya rumah gadang yang sudah diresmikan ini tidak hanya sekedar rumah tinggal tetapi menambah banyak nilai salah satunya tradisi dan budaya dan rumah gadang itu nantinya bisa menjadi home stay.
Suasana Home stay tidak bisa didapat dari hotel bintang lima sekaligus karena pada home stay antara tamu dengan yang punya rumah berinteraksi.
“Yang punya rumah menyediakan kuliner cerita sehingga antara penyedia home stay dengan pengunjung berbagi rasa,” ujarnya.
Saribu Rumah Gadang menyimpan nilai historis dan arsitektural yang kuat dan berpotensi menjadi destinasi wisata budaya unggulan di Solok Selatan.