Harga BBM di SPBU Bakal Naik Agustus? Ini Kata Pemerintah

Foto: Jelang Idul Adha 2024, PT Pertamina Patra Niaga Siap Tambah Pasokan BBM Solar dan LPG. (Dok. PT Pertamina Patra Niaga)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara perihal penetapan Harga bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya BBM non subsidi yang akan di jual pada Agustus 2024.

Biasanya, badan usaha penyedia BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) akan mengubah produk harga BBM-nya pada awal bulan. Hal itu mengikuti ketentuan harga minyak mentah dunia diikuti dengan Indonesia Crude Price (ICP).

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (migas) Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Mustika Pertiwi mengungkapkan bahwa penetapan harga BBM non subsidi pada bulan Agustus 2024 mendatang akan sesuai dengan regulasi yang sudah ada.

“Ketentuan sesuai regulasi,” jawab Mustika saat ditanya perihal harga BBM non subsidi yang akan berlaku pada Agustus 2024 mendatang, saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (29/7/2024).

Adapun, regulasi yang dimaksud adalah sesuai dengan Pasal 14A Peraturan Presiden No 69 Tahun 2020 tentang perubahan kedua atas Perpres 191/2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM.

“Bahwa harga jual eceran jenis BBM Umum di titik serah untuk setiap liter, dihitung dan ditetapkan oleh Badan Usaha berdasarkan formula harga tertinggi yang terdiri atas harga dasar ditambah pajak pertambahan nilai dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor,” jelasnya.

Selain itu, Mustika menjelaskan regulasi lainnya seperti pada Pasal 10 Permen ESDM 20/2021 tentang perhitungan harga jual eceran BBM sebagaimana diubah dengan Permen ESDM 11/2022. Yang isinya:

a. Badan Usaha wajib melaporkan penetapan dan pelaksanaan harga jual eceran jenis BBM umum setiap bulan atau dalam hal terdapat perubahan dalam penetapan harga jual eceran jenis BBM umum kepada Menteri melalui Dirjen

b. Direktur Jenderal melakukan evaluasi atas laporan Badan Usaha.

Asal tahu saja, harga BBM non subsidi khususnya yang dijual oleh PT Pertamina (Persero) belum mengalami perubahan harga terhitung sejak sejak lima bulan.

Bahkan sebelumnya, Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI meminta agar pemerintah tak lagi menahan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi seperti Pertamax (RON 92) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik PT Pertamina (Persero).

Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan, hal ini dikarenakan bisa berdampak pada beban biaya BUMN tersebut, karena harga jual lebih rendah dibandingkan harga keekonomiannya. Terlebih, BBM Pertamax bukan lah produk subsidi.

“Untuk harga-harga yang memang non-subsidi seperti Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Turbo, dan sebagainya, biarkanlah mekanisme pasar saja. Tidak usah diatur oleh pemerintah,” ungkap Sugeng dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (25/6/2024).

Menurutnya, untuk produk BBM non subsidi lebih baik dilepas sesuai dengan mekanisme pasar, dan kembali pada kebijakan awal di mana harga BBM non subsidi dapat dilakukan penyesuaian setiap bulannya.

“Kan itu juga diatur oleh pemerintah harganya, sehingga tidak ada keleluasaan yang fleksibel kadang-kadang itu tentang harga-harga yang non-subsidi. Biarkan diumumkan di publik saja bahwa harga turun naik sesuai dengan proses-proses produksi untuk menghasilkan 1 liter Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamax Turbo, misalnya,” paparnya.

Berbeda dengan BBM Pertalite (RON 90), lanjutnya, BBM tersebut diberikan kompensasi oleh pemerintah lantaran termasuk ke dalam Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP). Lagipula, lanjut Sugeng, BBM Pertalite saat ini juga memiliki selisih harga yang jauh dari nilai keekonomiannya dibandingkan dengan harga jual saat ini.

“Itu berat sekali hari ini. Karena Pertalite dengan harga jual Rp 10.000 (per liter), itu harga produksinya kurang lebih Rp 12.400. Bahkan akhir-akhir ini akan naik merangkak kurang lebih menjadi Rp 13.500. Jadi Rp 13.500 harga real-nya,” bebernya.

HMI MOP harap Pansus Haji tak dimanfaatkan jadi gerakan politik

Ketua Tim Pengawas Haji 2024 Abdul Muhaimin Iskandar (tengah) menyampaikan keterangan kepada wartawan usai rapat evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji 2024 di ruang sidang Komisi VIII, kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Senin (1/7/2024). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww/aa.

Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Indonesia Majelis Penyelamat Organisasi (PB HMI MPO) Mahfut Khanafi mengharapkan keberadaan Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Haji 2024 tidak dimanfaatkan sebagai gerakan politik.

“Pansus ada boleh, tetapi kemudian jangan dipakai untuk gerakan-gerakan politik misalnya dalam proses transisi pemerintahan,” kata Mahfut dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Hal tersebut dia sampaikan menyusul adanya sejumlah dugaan atau kecurigaan bahwa keberadaan Pansus Haji mengarah pada tujuan politis. Kecurigaan itu dapat muncul karena keberadaan Pansus Haji berdekatan dengan transisi pemerintahan.

“Terlepas benar atau tidak, itu silakan dibuktikan di proses hukum nanti. Setidaknya, jangan bikin gaduh dalam hal narasi haji karena orang Indonesia itu selalu bahagia setelah pulang haji,” ujar Mahfut menambahkan.

Tanggapan tersebut, dia sampaikan acara Dialog Publik Menelaah Kebijakan Inovasi Haji 2024 digelar PB HMI di Asrama Haji Yogyakarta, Sabtu (27/7).

Terkait dengan penyelenggaraan haji 2024, Mahfut menilai pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) telah memberikan pelayanan yang lebih baik kepada jamaah.

“Kalau seandainya kita berbicara fakta, tentu pesan kita kepada Kementerian Agama (Kemenag) yaitu teruslah memberikan pelayanan baik dalam hal haji, yang sudah baik ini ditambahi lagi,” ujar dia.

Sebelumnya, Rapat Paripurna DPR RI Ke-21 Masa Persidangan V Tahun Sidang 2023-2024, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (9/7), menyetujui pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Angket Pengawasan Haji.

Pembentukan pansus itu beserta komposisi keanggotaannya sudah sesuai dengan tata tertib yang berlaku, yang mana Anggota Pansus terdiri dari Fraksi PDI Perjuangan (tujuh orang), Partai Golkar (4), Partai Gerindra (4), Partai NasDem (3), Partai Demokrat (3), PKS (3), PAN (2), dan PPP (1).

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar, saat itu, mengatakan bahwa Pansus Angket Haji akan bekerja secepatnya, termasuk bekerja saat masa reses.

CEO Ini Bikin 88% Karyawannya Kaya Raya Pakai Cara Ini

Foto: CEO of Zscaler Jay Chaudhry (Tangkapan Layar zscaler.com)

Sosok konglomerat Jay Chaudhry dapat menjadi inspirasi bagi para pemilik perusahaan. CEO berusia 65 tahun ini mengubah setidaknya 88% karyawannya menjadi jutawan setelah menjual perusahaannya senilai US$ 70 juta.

Mengutip CNBC International, ketika Jay Chaudhry menjual perusahaan pertamanya senilai US$ 70 juta, dia tidak terlalu fokus pada kekayaannya sendiri, namun lebih fokus bagaimana hal tersebut dapat mengubah puluhan karyawannya menjadi jutawan.

Chaudhry saat ini dikenal sebagai pendiri dan CEO Zscaler, sebuah perusahaan keamanan siber berbasis komputasi awan yang bernilai sekitar US$ 28 miliar.

Perjalanan Chaudhry dimulai pada tahun 1998. Saat itu Ia adalah seorang pengusaha pemula yang menjual startup yang Ia bangun bersama istrinya, Jyoti. Perusahaan tersebut bernama SecureIT, Ia menjualnya kepada VeriSign dalam sebuah kesepakatan jual-beli saham dan mendapatkan untung besar.

“Hampir dua tahun setelah kesepakatan itu ditutup, ketika harga saham VeriSign melonjak, lebih dari 70 dari 80 karyawan SecureIT, di atas kertas menjadi jutawan,” kata Chaudhry kepada CNBC Make It.

“Orang-orang menjadi gila di perusahaan, karena mereka tidak pernah memikirkan uang sebanyak itu,” katanya.

“Banyak dari mereka membeli rumah baru. Mereka membeli mobil baru. Saya kenal seorang pria, dia mengambil cuti enam bulan, menyewa [rumah mobil] dan berkeliling negeri. Mereka bisa melakukan apa yang ingin mereka lakukan,” ungkapnya.

Antara waktu akuisisi hingga Februari 2000, saham VeriSign meroket lebih dari 2.300%, ditutup pada harga tertinggi US$ 253 per lembar saham, dibantu oleh dua kali pemecahan saham dan gelembung sementara untuk saham-saham teknologi.

Gelembung tersebut pecah pada tahun itu, dan saham VeriSign kehilangan sekitar 75% dari titik tertinggi tersebut pada akhir tahun 2000, hingga akhirnya merosot ke titik terendah hampir US$ 4 pada tahun 2002.

Chaudhry mengingat nasihat dari Jim Bidzos, ketua VeriSign saat itu, tentang apa yang harus dilakukan dengan sahamnya, yaitu jual sebagian saham sedikit demi sedikit secara teratur.

“Strategi ini membantu Chaudhry meraup keuntungan dari melonjaknya saham VeriSign sebelum pasar jatuh,” katanya.

Karyawan SecureIT yang mempertahankan saham VeriSign mereka kemungkinan besar mendapat imbalan dari kesabaran mereka karena sahamnya ditutup pada harga US$ 254 per saham pada Januari 2021. Adapun harga ini berada di kisaran US$ 175 per saham.

Chaudhry mengaku, Ia tidak tahu kapan mantan karyawannya menguangkan saham mereka sendiri. Ketika dia meninggalkan VeriSign pada akhir tahun 1999, mantan karyawannya mengadakan pesta untuknya.

Menurutnya, Ia benar-benar memahami dampak keputusan untuk menjual SecureIT terhadap para karyawan tersebut.

“Saya pulang ke rumah malam itu dan melihat spreadsheet semua opsi [saham] yang mereka miliki, dan mengalikannya dengan harga saham VeriSign. Saat itulah saya menyadari bahwa hitungannya adalah sekitar 70 atau 80 jutawan, dengan opsi saham,” kata Chaudhry. “Itu sangat mengesankan.”

Apa yang dialami oleh para karyawannya membuat perbedaan. Chaudhry sendiri sudah memiliki cukup uang untuk merasa bahagia dengan Ia dan istrinya memiliki rumah kelas menengah yang bagus pada waktu itu meskipun tidak memiliki mobil mewah atau cicilan mewah.

Dia bangga terhadap kemampuannya untuk memberikan begitu banyak saham kepada para karyawan berkat pendekatan bootstrap-nya. Chaudhry dan istrinya mendanai SecureIT sendiri, mengosongkan tabungan mereka yang berjumlah sekitar US$ 500.000, alih-alih mencari investor dari luar.

“Hal ini memberi keleluasaan lebih banyak ekuitas di perusahaan untuk didistribusikan. Menurutnya hal ini bagus, karena para karyawanlah yang membuat perbedaan – mereka [bekerja] siang dan malam,” katanya.

Kisah ini mengingatkan kita pada miliarder lainnya, Mark Cuban, yang baru-baru ini mencatat bahwa Ia membagikan bonus kepada karyawan setelah menjual Broadcast.com kepada Yahoo senilai US$5,7 miliar pada tahun 1999.

“Tindakan tersebut mengubah ratusan karyawannya menjadi jutawan instan,” kata Cuban.

“Cuban telah memberikan bonus kepada karyawan di setiap perusahaan yang telah dijualnya, dimulai dengan akuisisi CompuServe atas perusahaan perangkat lunak MicroSolutions pada tahun 1990,”katanya kepada CNBC Make It bulan lalu.

Keuntungan tersebut termasuk penjualan saham mayoritasnya di HDNet, yang sekarang dikenal sebagai AXS TV, pada tahun 2019 dan Dallas Mavericks dari NBA tahun lalu, tulisnya di platform media sosial X.

“Dan hanya HDNet yang mengalami PHK setelah penjualan,” tambah Cuban.